Kulukis senyummu sebagai warna yang hilang
Keping-keping rahasia menjangkau dadaku
Akupun berdendang dalam palung terdalam
Menarikan cinta bergaram sepi dan kecemasan
(Dan sungguh tahu sebatang igaku telah hilang)
Sementara kau terus nyalakan
Kata membakari dusta, hingga leleh karat
Topeng-topeng bebungaan tumbuh mengiringmu
Langkahmu pun menjelma tarian benderang,
Lebih dari sekedar rintik hujan menepikan kenakalanku
Akulah sepi, setebah bumi yang dahaga
Kulihat langit merendah mengibar kerudungmu
Dan kubaca milyaran pagar terentang bagi gunung-gunung angkaku yang meliar
Hingga kutuntun seutas sungai airmata menempuh ujung kerudungmu
Jazirah dimana cecahya terbit memadamkan tawa yang dikirim ocehan radio, internet, televisi, dan lampu-lampu
Dan terus kulukis senyummu sebagai warna yang hilang
Sebab sumur-sumur sekarat di hatiku
Lihatlah, aku mengerang! Mengerang?
05 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar